Dari beberapa desa di atas, desa Laren menjadi desa yang mempunyai aset peninggalan sejarah berupa candi Watu Jaran yang tepatnya di dukuh Karangdawa.
Desa Laren terletak di sebelah selatan tepatnya di ruas jalur Bumiayu-Salem, karena letaknya yang berada didekat pusat kota Bumiayu menjadikan desa ini berkembang pesat dengan adanya sekolah berbasis Islami sehingga masyarakat diluar desa menyekolahkan anaknya disitu, desa Laren merupakan suatu Kelurahan yang memiliki 7 pedukuhan seperti dukuh Karang Dawa, Karang Jati, Karang Domdoman, Karang Moncol, Congkar, Sabarang, dan Watu Kumpul.
Berdasarkan sejarahnya, kata Laren berasal dari kata Liren / Leren yang artinya Istirahat, konon dahulunya desa Laren merupakan tempat persinggahan para pedagang dan habaib untuk beristirahat yang akhirnya sekaligus berdakwah di situ, adapun buktinya dengan ditemukannya makam habaib, yang setiap tahunnya masyarakat Laren mengadakan Khoul.
Makam tersebut terletak di tapal batas antara desa Laren dan desa Jati Sawit dan habaib tersebut bernama Habaib Muhammad bin Hadun Al’Athos dan kiai Abdulah Fakih dari Banyumas.
Masyarakat desa Laren khususnya di dukuh Karang Dawa sendiri merupakan masyarakat yang masih terbilang tradisional, karena di situ masih banyak ditemui pengrajin makanan tradisonal yang masih bertahan. Makanan tradisional tersebut seperti Cenil, Getuk, Krawu, Dodol Tape, Onde-onde, Candil, Lepet dan masih banyak lagi.***