Awalnya mereka melihat lahan kosong di Rowojali, tetapi mereka merasa tidak cocok karena menurut kepercayaan mereka waktu itu bahwa lahan tersebut nggendong gunung (istilah jawa) sehingga kalau dijadikan pemukiman kurang menguntungkan dan kurang nyaman.
Baca Juga: Memilliki Jarak Tempuh 12 KM dari Pusat Kota, Begini Asal Usul Desa Cilongok Banyumas Jawa Tengah
Kemudian mereka melanjutkan petualangan melihat tanah diatas Rowojali yang kondisinya luas dan datar (sekarang menjadi tanah bengkok Kepala Desa Serang) mereka juga merasakan hal yang sama yaitu merasa tidak cocok karena tanah tersebut nyunggi gunung (istilah jawa) sehingga seandainya dijadikan pemukiman penduduknya akan mengalami kesulitan dalam mencari kebutuhan hidup sehari-hari (ekonomi).
Kemudian mereka melanjutkan kembali petualangan dalam pencarian lahan untuk pemukiman, maka sampailah mereka disuatu tempat yang menurut mereka tepat dan cocok untuk pemukiman yaitu yang sekarang disebut Dusun Krajan Desa Tieng karena tidak nggendong dan nyunggi gunung (istilah jawa) sehingga menurut kepercayaan bahwa penduduknya akan hidup rukun, tentram, taat beribadah dan mudah mencari kebutuhan hidup.
Seiring berjalannya waktu maka penduduk yang menempati pemukiman tersebut semakin bertambah banyak, ada yang berasal dari tempat berbeda misalnya dari Desa Serang, Tlogo dan lain sebagainya.
Baca Juga: Bukan Sunan Gunung Jati? Inilah Sosok Pertama Kali Penyebar Islam di Kabupaten Cirebon
Informasi tentang Desa Tieng ditemukan dalam Buku Berbahasa Jawa “Tjariyos Tanah Pareden Dijeng” karangan M. Prawirasoedirdja dan Majoor L.F. Van Gent terbitan Bale Poestaka Tahun Terbit 1922.***