Sejarah Halal Bihalal di Indonesia Pasca Lebaran Idul Fitri

- 9 Mei 2022, 16:03 WIB
ilustrasi halal bihalal Idul Fitri, boleh tapi ada aturannya
ilustrasi halal bihalal Idul Fitri, boleh tapi ada aturannya /Dok. Enjang Sobarudin/

PORTAL BREBES - Halal Bihalal sering kita dengar setelah melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh.

Halal Bihalal biasanya dilaksanakan setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Halal Bihalal dilakukan siapa saja dan dimana saja, namun biasanya dilaksanakan di tempat-tempat tertentu.

Baca Juga: Doa Nabi Daud Meluluhkan Hati Seseorang yang Dicintai Lengkap dengan Teks Arab dan Latin

Halal Bihalal sudah menjadi tradisi di Indonesia sejak lama hingga sekarang ini.

Lalu apa kaitanya antara Kyai Nahdlatul Ulama (NU) dengan Bung Karno terkait Halal Bihalal seperti dalam judul artikel ini.

Sebelum membahas lebih lanjut baiknya mengetahui arti Halal Bihalal.

Dikutip dari laman Kemenag Sulsel, dikatakan bahwa kata Halal Bihalal merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab dan telah masuk dalam serapan Bahasa Indonesia.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Halal Bihalal mengandung arti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan yang biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang dan merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia atau disebut juga silaturahmi.

Sedangkan dari tinjauan Al Qur'an, Halal Bihalal berasal dari 6 ayat yang ada pada 5 surah Al Qur'an.

Surah dan ayat tersebut yakni An-Nahl ayat 116, Surat Yunus ayat 59, Al-Baqarah ayat 168, Al Anfal ayat 69, dan pada Surat Al Maidah ayat 88.

Sementara itu asal-usul Halal Bihalal di Indnesia berawal saat Kyai Wahab Hasbullah memberi usul kepada Presiden Sukarno (Bung Karno) untuk menggelar silaturohmi nasional.

Kyai Wahab Hasbullah salah satu pendiri NU dan merupakan tokoh yang memiliki pandangan moderen Nahdiyin.

Saat mengusulkan silaturohmi nasional, Bung Karno langsung menyambut baik dan mengatakan itu sebuah ide yang bagus.

Uslan itu dicetuskan untuk mencari solusi terkkait ancaman disintegrasi bangsa dan PKI serta DI/TII.

Dalam silaturohmi nasional pada tahun 1948 munculah istilah Halal Bihalal.

Dan, istilah Halal Bihalal sampai sekarang masih dipakai dan menjadi tradisi pasca Hari Raya Idul Fitri.***

 

Editor: Yudhi Prasetyo

Sumber: Kemenag Sumsel


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah