Sejarah Babad Alas Kersana Brebes, Kisah Tiga Bersaudara yang Memegang Perjanjian Sapapait Samamanis

22 Maret 2023, 15:39 WIB
Unit Bangunan Perumahan PG Kersana Brebes /Portal Brebes/

PORTAL BREBES - Kersana merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Terletak di wilayah barat di jalur tengah Brebes yang cukup strategis karena sebagai daerah penghubung ke wilayah Brebes bagian selatan melalui Banjarharjo, serta akses menuju Ciledug Jawa Barat.

Terdapat bekas pabrik gula yang sudah tidak beroperasi peninggalan penjajahan Hindia Belanda beserta kompleks perumahaannya yang masih dihuni oleh karyawan PG Tersana Baru unit Ketanggungan Barat.

Baca Juga: Kades Karangsambung Brebes Dari Masa ke Masa, Dari Tahun 1871 Sampai Sekarang

Hal ini menunjukan bahwa wilayah Kersana dijadikan Belanda sebagai daerah perkebunan tebu pada zaman dahulu dan dipimpin oleh seorang demang, karena wilayahnya merupakan tanah partikelir milik perusahaan Belanda. Kersana juga dikenal sebagai Ketanggungan Barat menunjuk nama stasiun Kereta Api yang masih sampai saat ini.

Dilansir fanspage Pemerintah Desa Jagapura Kersana, Ada tiga bersaudara bernama R.Safii, R.Wangsanangga dan R.Singawinata. Ketiga orang tersebut turun dari pertapaan.

R.Safii ke Karawang, R.Wangsanangga ke Cikeusal dan R.Singawinata ke Kareo yang sekarang menjadi desa Dukuh Tengah ( sebelah selatan Ketanggungan ).

Baca Juga: Sejarah Desa Kemurang Wetan Kecamatan Tanjung Brebes, Kisah Mbah Kemurahan yang Dikenal Prajurit Mataram

Setelah bertahun – tahun berpisah dengan saudara saudaranya, ketiga orang bersaudara itu mengadakan pertemuan di sebuah tempat yang bernama Cikeusal.

Pada pertemuan ketiga bersaudara itu diadakanlah musyawarah dan mendapat suatu kesepakatan atau perjanjian yaitu Sapapait Samamanis (sama sama pahit sama sama manis) pahit atau manis dipikul bersama dalam satu perjuangan melawan penjajah yaitu Belanda.

R.Wangsanangga ditugaskan untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda di daerah Brebes sampai ke daerah Kuningan. Dalam perundingan ketiga bersaudara tersebut telah disepakati bahwa yang dapat menangkap atau mengalahkan R.Wangsanangga hanya oleh R.Safii atau R Singawinata.

Baca Juga: Sejarah Desa Keboledan Kecamatan Wanasari Brebes, Kisah Tanaman Ubi Jalar yang Buahnya Berukuran Raksasa

Maka terjadilah pemberontakan yang sangat kuat sehingga pemerintahan Belanda di daerah tersebut.

Pusat pimpinan pemberontak terletak di Cikeusal dan sebagai panglimanya yaitu Ki Malangjiwa dari Cikuya, Ki Sangla dari Malahayu, Raksabala dari Bumihieum (sekarang bernama desa Kubangjati atau Ketanggungan), Ki Saragula dari Lemah Abang (Tanjung).

Karena tidak ada yang bisa memadamkan pemberontakan maka pemerintah Belanda mengadakan sayembara.

Isi dari sayembara tersebut adalah ” Barang siapa yang dapat menangkap pemimpin pemberontakan yaitu R.Wangsanangga akan diberi hadiah semintanya”.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Sigambir Brebes, Kisah Kuda yang Loloskan Bupati Pusponegoro Dari Kejaran Belanda

Mendengar berita sayembara dari pemerintah Belanda, R.Safii dari Karawang dan R.Singawinata dari tanah Kareo mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara dari pemerintah Belanda.

Kedua orang tersebut bersatu melawan pemberontak dan akhirnya kepala pemberontak tersebut dapat di kalahkan.

Tiga orang bersaudara tersebut telah memegang perjanjian ”Sapapait Samamanis”. Karena telah dapat mengalahkan R.Wangsanangga maka R.Safii dan R.Singawinata mendapat hadiah sakersane (semaunya) dari pemerintahan Belanda,maka dimintanya oleh R.Safii dan R.Singawinata sebidang tanah.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Banjaratma Brebes, Ada Pohon Kesambi yang Tumbuh Berjajar

Pemerintah Belanda memberikan sebidang tanah yang diminta seluas 41/3 pal persegi. Penyerahan hadiah dilaksanakan bulan November 1813 oleh Gubernur Jenderal Raffles di daerah Ketanggungan Barat sekarang bernama Kersana.

Oleh R.Safii dan putranya (R.Singosari Sayidina Panatayuda) tanah Kersana diberikan kepada R.Singawinata dan R.Wangsanangga . Putra R.Safii ( R.Singosari Sayidina Panatagama) menikah dengan putri dari R.Wangsanangga (R.A.Dumeling) yaitu pada tahun 1809. R.Singosari Sayidina Panatagama berganti nama menjadi Kanjeng Adipati Aria Singosari Panatayuda I dan R.Singawinata diangkat menjadi Demang di Kersana.

Penduduk Kecamatan Kersana sebagian besar adalah suku Jawa yang menggunakan Bahasa Jawa Brebes, serta suku Sunda yang menggunakan bahasa Sunda Brebes.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Banjaranyar, Sebuah Nama Desa di Kecamatan Brebes

Namun terdapat juga suku pendatang seperti keturuann thionghoa yang sebagian besar sebagai pedagang, serta keturunan suku Madura. Sebagian besar memeluk agama Islam disamping hidup rukun juga pemeluk Kristen, Katolik, Budha serta Khonghucu.

 Wisata kuliner : Alang-alang, Rujak Belut (Mbah Ribut), Baso Royal, Mpal Gentong, Mendoan, pusat oleh2 Telur asin & Bawang.

Sebagian besar penduduk Kecamatan Kersana menggunakan bahasa Jawa dialek Brebes, atau biasa disebut dengan Bahasa Jawa Brebes.

Di Kecamatan ini, terdapat juga penduduk yang menggunakan Bahasa Sunda yang biasanya dikenal sebagai Bahasa Sunda Brebes, yaitu di Desa Kradenan, Pende dan Desa Sindangjaya.

Sementara itu ada satu desa yang masyarakatnya secara bersamaan menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Sunda Brebes serta Bahasa Jawa yang biasanya dikenal dengan Bahasa Jawa Brebes yaitu Desa Kubangpari.

Atas fenomena ini, boleh dikatakan secara kultur, merupakan suatu ciri yang unik apabila dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan bahasa di wilayah ketiga desa ini dikaitkan dengan kebudayaan yang memengaruhi yaitu budaya Sunda dan budaya Jawa.

Demikianlah kisah sejarah babad alas Kersana Brebes.***

 

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler