Sejarah Singkat Desa Pucungwetan Wonosobo, Diperkirakan Berdiri pada Abad ke 18?

11 Desember 2023, 19:30 WIB
potret di Desa Pucungwetan Wonosobo /Tangkapan Layar YouTube Jalan-jalan Desa/

PORTAL BREBES – Berikut ini asal usul Desa Pucungwetan yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Wonosobo yang terletak di Kecamatan Sukoharjo.

Desa Pucungwetan juga seperti halnya desa lainnya, yakni memiliki sejarah yang bisa dibaca dan diketahui. Informasinya simak berikut ini.

Sebagaimana dilansir Portal Brebes dari Pemdes Pucungwetan, desa tersebut diperkirakan berdiri pada abad ke 18 atau tahun 1800. Dimana, berawal dari daerah yang merupakan hamparan hutan/tanah yang ditumbuhi kayu dan semak belukar. Kayu yang tumbuh disana sebagian besar adalah kayu jenis pucung atau pohon pucung.

Baca Juga: Larangan Pernikahan Satu Marga! Tradisi Suku Batak yang Sangat di Junjung Tinggi

Pada zaman dulu ada seorang pengembara bernama Gudip dan para pengikutnya yang mendirikan pemukiman di sebelah timur hutan yang banyak ditumbuhi pohon pucung, timur dalam bahasa jawa berarti wetan sedangkan pucung adalah nama pohon, sehingga Pucungwetan bisa diartikan sebuah pemukiman yang berdiri di sebelah timur hutan pucung/hutan yang banyak ditumbuhi pohon pucung.

Pada awal mula berdiri, Desa Pucungwetan terdiri atas 3 dukuh yaitu Dukuh Pucungwetan, Dukuh Pandak Kidul dan Dukuh Pandak Lor.

Pusat pemerintahan berada di Dukuh Pucungwetan, namun pada suatu saat perumahan/pemukiman warga terkena tanah longsor yang disebabkan tanah di sekitar pemukiman merupakan perbukitan, sehingga pusat pelayanan masyarakat/kantor dan balai desa dipindahkan di pinggir jalan raya, hampir bersamaan dengan berdirinya SD Inpres/SD 2 Pucungwetan pada tahun 1965.

Baca Juga: Sejarah Upacara Tiwah, Tradisi Kematian yang Unik Suku Dayak!

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk maka sampai pada saat ini Desa Pucungwetan menjadi terdiri atas 5 dukuh. Padukuhan baru yang melengkapi peta administrasi Desa Pucungwetan adalah Dukuh Kalimangli yang dulunya bernama Tlimbeng dan Dukuh Wonosari yang dulunya bernama Serang Jarak.

Sejarah Singkat Kabupaten Wonosobo

Sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo tidak dapat dilepaskan dari kisah tiga pengembara, yang masuk ke wilayah ini pada awal abad 17 lalu. Ketiga orang itu, Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik, kemudian berpisah dan menempati tiga wilayah berbeda.

Kyai Kolodete membuka permukiman di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik memilih wilayah yang kini menjadi Kota Wonosobo. Dari ketiga orang itu pula, muncuk anak keturunan yang di kelak kemudian hari menjadi para penguasa di seputar Wonosobo.

Seperti salah seorang cucu Kyai Karim, yang sering juga disebut Ki Singowedono. Setelah mendapat hadiah dari Keraton Mataram, berupa sebuah wilayah di Selomerto, Ki Singowedono kemudian bergelar Tumenggung Jogonegoro. Jejak Tumenggung Jogonegoro dapat ditemukan di makamnya, di Desa Pakuncen, Selomerto.

Baca Juga: Tradisi Ngayah, Gotong Royong Khas Masyarakat Bali yang Bisa Meningkatkan Solidaritas!

Dari Selomerto itu pula, sejarah asal kata Wonosobo diyakini bermula. Banyak pihak meyakini, kata Wonosobo berasal dari sebuah dusun di Desa Polobangan, Selomerto. Dusun bernama Wanasaba tersebut didirikan oleh  Kyai Wanasaba. Dusun kecil tersebut hingga kini masih ada, dan banyak dikunjungi para peziarah, yang ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.

Sejarah Kabupaten Wonosobo juga berkaitan erat dengan masa perang Diponegoro. Di rentang tahun 1825-1830, wilayah Wonosobo menjadi salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro. Bersama Imam Misbach, atau dikenal pula dengan nama Tumenggung Kertosinuwun, Tumenggung Mangkunegaran, dan Gajah Permodo, Kyai Muhammad Ngarpah berjuang melawan pendudukan Belanda di wilayah Wonosobo. Dalam sebuah pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih kemenangan pertama, sehingga kemudian diberikan gelar Tumenggung Setjonegoro.

Tumenggung Setjonegoro, yang mengawali kekuasaannya berada di Ledok, Selomerto kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Kota Wonosobo sekarang, setelah menjadi Bupati pertama Wonosobo.

Baca Juga: Tradisi Ngayau: Sejarah Tradisi Kuno Suku Dayak yang Menjadi Kontroversi!

Pemindahan pusat pemerintahan tersebut, setelah dikaji oleh Tim Peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM) bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), para sesepuh dan beberapa tokoh, termasuk pimpinan dewan perwakilan rakyat, dalam sebuah seminar, pada 28 April 1994, kemudian diyakini terjadi pada tanggal 24 Juli 1825. Tanggal 24 Juli itu pula, yang kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler