Sejarah Makam Syekh Maulana Syamsudin, Salah Satu Destinasi Wisata Religi di Pemalang

- 27 Maret 2023, 11:32 WIB
Makam Syekh Maulana Syamsuddin Pemalang
Makam Syekh Maulana Syamsuddin Pemalang /Instagram @Ceritapemalang/

PORTAL BREBES - Salah satu destinasi wisata religi di Pemalang yang biasa dikunjungi adalah Makam Syekh Maulana Syamsudin dan berikut kisah sejarahnya.

Hingga sekarang sebagian masyarakat menganggap bahwa makam tersebut termasuk makam keramat yang dipercaya menyimpan berkah dan karomah seperti makam para wali yang ada di daerah lainnya.

Kondisi makam Syekh Maulana Syamsudin sekarang sudah kesekian kali dipugar bahkan fasilitasnya juga kian lengkap seperti Masjid, Toilet dan bilik-bilik untuk beristirahat atau bermalam bagi para peziarah yang berasal dari luar Pemalang.

Baca Juga: 9 Rekomendasi Wisata Religi di Indonesia, yang Cocok untuk Dikunjungi di Saat Bulan Puasa Ramadhan

Makam ini masuk dalam wilayah administratif RT 1/ II Dukuh Pecolotan Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

Pada tahun 1973 Makam ini hanya berjarak 3 meter dari laut, namun dalam kurun waktu 30 tahun telah terjadi penambahan Lahan (tanah timbul) hingga sekarang jaraknya dengan air laut menjadi kurang lebih 15 meter.

Dilansir Portal Brebes dari laman info.pemalangkab.go.id, Menurut mitos yang beredar di masyarakat, Syekh Maulana Syamsudin mempunyai nama kecil Solechuddin Al Baghdadi.

Dia berasal dari Baghdad (Irak), dan masih keturunan Syekh Abdul Qodir Al jaelani. Pada umur 10 tahun, dia keluar dari Baghdad menuju tanah Jawa untuk belajar ilmu agama pada Syeh Maulana Maghribi di Tuban, Gresik, Jawa Timur.

Baca Juga: 4 Wisata Religi di Kabupaten Purworejo, Ada Petilasan Nyai Bagelen di Wilayah Pelopor Bidang Pendidikan

Setelah Berguru selama 20 tahun, suatu hari ia diperintah oleh Syeh Maulana Maghribi untuk menyampaikan surat kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dia berangkat seorang diri dengan membawa bungkusan dipundaknya yang berisi kitab alqur’an dan surat tersebut. Perjalanan panjang dilewatinya dengan berjalan kaki menyusuri pesisir pantai utara Jawa.

Perjalanannya dari arah timur ternyata sudah di ikuti oleh segerombolan orang dari balik semak. Melihat penampilan Syekh Syamsudin yang rapi, bersih, dan membawa bungkusan, serta wajahnya yang asing, mereka mengira beliau adalah seorang saudagar.

 Akhirnya gerombolan tersebut menyerang beliau sewaktu beliau sedang beristirahat untuk shalat dibawah pohon rindang. Perampok yang berjumlah 5 orang tersebut merasa kecewa karena tidak berhasil mendapatkan barang berharga apapun, sehingga mayat Syeh Syamsudin ditinggalkan begitu saja di tepi pantai.

Tiga hari tiga malam sejak meninggalnya Solechuddin atau Syekh Syamsudin, terjadi keganjilan pada sebuah kapal dagang dari Madura yang tengah berlayar ke Batavia. Walaupun angin berhembus ke arah barat namun kapal justru bergerak ke selatan, mendekati bibir pantai.

Baca Juga: 6 Makam Tokoh Ulama di Brebes yang Ramai Dikunjungi Peziarah

Bersamaan dengan itu, Nahkoda kapal melihat sebuah cahaya terang memancar dari pantai. Oleh karenanya nahkoda memutuskan untuk berlabuh terlebih dahulu.

 Nahkoda dan anak buahnya amat terkejut ketika mendapati bahwa sumber cahaya itu berasal dari mayat. Setelah memakamkan jenazah Solechudin (Syamsudin), kapal niaga tersebut melanjutkan perjalanan menuju ke Batavia.

Anehnya mereka sampai Batavia hanya dalam waktu 1 jam. Keganjilan selanjutnya yakni hasil dagangan mereka yang untung hingga 700 kali lipat.

Dalam perenungan, Nahkoda akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke Tanjungsari dengan membawa material bangunan. Hal itu dimaksudkan untuk memperbaiki makam agar tidak hilang.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Destinasi Wisata Religi di Demak Jawa Tengah, Nomor 3 Makam Sunan Kalijaga

Namun sesampainya di makam, mereka merasa kesulitan untuk memperoleh air tawar yang akan digunakan untuk mengolah material bangunan, sementara jarak makam hanya 3 meter dari air laut.

 Ketika salah seorang duduk persis ditempat ditemukannya mayat Solechuddin sambil melubangi pasir, tiba-tiba memancar air yang tawar walaupun sangat dekat dengan laut. Setelah memperbaiki makam, maka mereka melanjutkan perjalanan pulang ke Madura.

Sesampainya di Madura merekapun menceritakan keganjilan selama dalam perjalanan ke Batavia termasuk tentang Syekh Syamsudin.

Seperti halnya tempat ziarah keramat yang lain,makam Mbah Keramat juga digunakan oleh para pengunjung yang datang ke tempat ini sebagai sarana berdo’a.diantaranya berziarah sambil bertawasul, media i’tikaf,sekaligus sebagai sarana rekreasi religi.

Baca Juga: 5 Makam Tokoh Ulama di Tegal yang Ramai Dikunjungi Peziarah, Salah Satunya Bergelar Raja

Suasana yang sejuk karena berada di pinggir pantai menjadikan tempat ini nyaman bagi para pengunjung yang sengaja meluangkan waktu untuk ziarah disana.

 Tak heran bila banyak para peziarah yang rela menginap ditempat ini hanya demi mendapatkan ketenangan batin yang mereka inginkan. Menurut KH Mustajib juru kunci makam, tempat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah baik lokal maupun yang datang dari luar daerah yang sengaja meluangkan waktu mereka barang sejenak untuk berziarah dan beribadah lain yang bernuansa dzikir kepada Tuhan.

Meskipun tidak tiap hari atau tiap bulan tempat ini ramai didatangi pengunjung, tapi tiap harinya setidaknya ada saja yang datang kesana. Puncak keramaian pengunjung menurutnnya adalah di bulan Rajab dan Sya’ban,yakni bulannya para peziarah.

Dia pun menambahkan, setiap Jumat terakhir di bulan Sya’ban atau bulan Ruwah diadakan Khaul memperingati wafatnya Maulana mbah Syamsudin sekaligus menggelar doa bersama yang dimaksudkan agar semua yang hadir khususnya akan mendapatkan perlindungan baik jasmani atau rohani dari Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenai makam ini sendiri tak banyak mendapat respon dari Pemerintah setempat. Seperti yang dituturkan oleh juru kunci makam ini sendiri. Syaikh Maulana Syamsuddin adalah seorang ulama penyebar agama Islam di Jawa Tengah.

Baca Juga: Makam Wali, 6 Makam Wali yang Ada di Tegal Jawa Tengah!

Menurut penuturan Pak Zainul Arifin, warga sekitar makam yang juga mengelola makam tersebut, Syaikh Maulana wafat di tepi pantai. Saat itu pelaut melihat cahaya memancar di tepi pantai, dan setelah didekati ternyata cahaya tersebut berasal dari jasad Syaikh.

 Kemudian mereka memakamkannya di situ. Di samping bangunan makam terdapat pohon besar yang sangat rimbun dan tinggi. Pohon ini unik, karena terdapat lima jenis tanaman di satu pohon tersebut.

Kalau tidak salah, pohon ini berusia sangat tua, dan saat Syekh Maulana Syamsuddin wafat, dimakamkan di sebelah pohon ini.

Jadi umur pohon ini bisa lebih dari 500 tahun. Selain pohon besar, di area makam juga terdapat Sumur Kramat.

Konon Sumur Keramat itupun mengandung banyak karomah bagi para peziarah yang meminumnya atas izin Allah SWT.

Menurut juru kunci makam, pengelolaan makam ini di samping mendapat sumbangan dari Pemda juga mengandalkan dari banyaknya kas yang masuk dari para donatur yang dengan ikhlas menyumbang demi kelestarian serta pembangunan tempat itu.***

 

 

 

 

 

 

 

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x