Sore harinya, Ki Pedaringan pun pulang dari sawahnya. Namun, ia kesal dan keheranan lantaran tidak ada makanan yang dibawakan Nyai Pedaringan hingga sore hari.
Baca Juga: Sejarah Singkat Kota Pekalongan Jawa Tengah, Wilayah yang Mendapatkan Julukan Kota Batik
Disaat kekesalannya, ia pun mencurigai karena ditangan Nyi Pedaringan ada sebuah keris yang biasanya dimiliki oleh seorang laki-laki.
Nyi Pedaringan menjelaskan dari mana ia mendapatkan keris itu. Tapi, Ki Pedaringan tidak mau menerimanya. Keduanya bertengkar.
Akhirnya Nyi Pedaringan mencabut keris untuk membuktikan rasa cintanya. Ia memotong jarinya.
Baca Juga: Asal Usul Paguyangan Kabupaten Brebes, Benarkah Punya Sumber Mata Air yang Punya Kekuatan Spiritual?
Darah segar mengalir dari jari-jarinya yang lentik. Nyi Pedaringan bersumpah bahwa jika darah yang ia teteskan di bunga widuri yang putih berubah menjadi ungu pertanda bahwa cintanya masih suci.
Kemudian Bunga widuri itupun berrubah warna menjadi ungu.
Melihat kejadian tadi Ki Pedaringan menyesal dan meminta maaf kepada Nyi Pedaringan.