7. Dukuh Ngloyo
Nama Dukuh ini berasal dari kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Ketika pasukan Pangeran Diponegoro datang ke Sukorejo untuk mengadakan perlawanan dengan pasukan Kolonial Belanda, mereka dalam kondisi yang sangat loyo (Jawa: lelah) akibat perjalanan jauh dari wilayah Kedu. Akhirnya mereka beristirahat sejenak di Dukuh ini.
Setelah Perang Jawa ini berakhir, pada masa pemerintah Kolonial Belanda Desa Trimulyo dibagi ke dalam tiga Kelurahan yang terpisah yaitu Margosono, Kiringan, dan Getas.
Kelurahan Margosono merupakan gabungan dari dua Dukuh yaitu Mranggen dan Margosono, Kelurahan Kiringan merupakan gabungan dari tiga Dukuh yaitu Temon, Kiringan, dan Ngloyo, dan Kelurahan Getas yang berasal dari dua Dukuh yaitu Getas Ngisor dan Getas Dhuwur. Tujuan pemisahan ini untuk mempermudah administrasi pihak Kolonial Belanda hingga sebelum kedatangan Jepang.
Baca Juga: Sejarah Desa Kramat Pemalang, Kisah Pangeran Aryadiningrat Memerangi VOC
Di masa Jepang ketiga Kelurahan tersebut dijadikan satu dan diberi nama Trimulyo, berasal dari bahasa Jawa Tri yang artinya tiga dan Mulyo yang artinya mulia, jadi dimaksudkan tiga kemuliaan.
Konon harapan Jepang sebagai bentuk penyederhanaan administrasi dan bagi warga Desa Trimulyo berharap tiga kelurahan yang dijadikan satu tersebut mendapatkan kemuliaan berupa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi warganya. Nama Trimulyo ini dipertahankan sampai sekarang.
Apalagi setelah masa Revolusi Kemerdekaan Desa Trimulyo dipecah kembali untuk memudahkan administrasi kependudukan menjadi tujuh Dukuh sama seperti saat ini.
Baca Juga: Versi Lain Asal Usul Desa Penggarit, Sebuah Desa yang Terletak di Kecamatan Taman