Tumenggung Martoloyo yang saat itu sudah menjabat sebagai Adipati ke 3 di Tegal sangat tidak suka dengan sikap Amangkurat II yang koooeratif dengan VOC kala itu.
Baca Juga: Berikut 5 Fakta Unik Gedung Birao Kota Tegal, Salah Satunya Pernah Dijadikan Kampus?
Martoloyo adalah seorang Adipati yang jujur, lugas, selalu membela kebenaran dan keadilan, serta sangat setia kepada rajanya.
Ketidaksenangannya kepada Amangkurat II tidak disembunyikan, secara terbuka dan terang terangan (blakasuta dalam dialek Tegal), Tumenggung Martoloyo menunjukan sikap yang tidak simpati kepada Amangkurat II.
Diketahui, hubungan harmonis yang dibangun oleh Amangkurat II dengan VOC dilatarbelakangi oleh ambisinya kaitan tahta.
Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo. Demi kekuasaan, Amangkurat II menghanba kepada VOC yang membuat seluruh rakyat menderita.
Puncak kemarahan Martoloyo terjadi ketika diadakan Perjanjian Jepara tahun 1676. Isinya, kesepakatan bahwa Mataram harus menyerahkan pesisir Jawa kepada Belanda.
Martoloyo yang kepalang geram kemudian walkout dari pertemuan itu. Martoloyo sangat marah dengan keputusan Amangkurat II.
Baca Juga: Asal Usul Desa Negla Brebes, Salah Satu Desa di Brebes yang Ditakuti Belanda Karena Ini