Masalah yang Sepele ini, Bisa Menyebabkan Puasa Jadi Batal

- 9 April 2022, 18:20 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /pixabay /

PORTAL BREBES - Definisi Puasa adalah tidak makan dan minum serta tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Namun puasa bukan hanya itu. Esensi puasa adalah al-imsak yang berarti menahan dari segala hawa nafsu, tidak terbatas nafsu makan dan minum.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (w. 265 H) dalam kitabnya, al-Jami’ al-Shahih, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزوْرَ وَالْعَمَلُ بِهِ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابُهُ

Orang yang tidak meninggalkan perkataan buruk, malah mengerjakannya, maka Allah SWT tidak butuh terhadap puasanya.

Baca Juga: Kopi Patih dari Kabupaten Tegal ini Rasanya Bikin Ketagihan

Lalu, apa contoh dari “perkataan buruk” yang disebutkan dalam hadis tersebut? Dalam penjelasan tentang hadis di atas, Ibn Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H) dalam kitab Fathul Bari mengutip pendapat Imam Abdurrahman al-Auza’i (w. 157 H) menyebut salah satunya adalah ghibah.

“Sesungguhnya ghibah dapat menyebabkan pelakunya berbuka (membatalkan puasa), dan ia wajib mengganti puasa (yang ia tinggalkan) di hari itu.” (Al-‘Asqalani, Fathul Bari).

Baca Juga: THR dan Gaji 13 ASN Cair, Termasuk PPPK

Sebagaimana diketahui bahwa ghibah merupakan salah satu perbuatan tercela yang harus ditinggalkan oleh seorang muslim. Bahkan orang yang berbuat ghibah diibaratkan dalam Al-Qur`an seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Sangat menjijikkan bukan? Wajar saja bila Al-Auza’i berpendapat bahwa ghibah dapat membatalkan puasa.

Meski demikian, pendapat Al-Auza’i tersebut perlu diposisikan sebagai bentuk kehati-hatian beliau dalam menjaga puasanya. Yang jelas, berdasarkan pada hadis di atas, perbuatan ghibah menyebabkan puasa seseorang menjadi sia-sia, ia tidak memperoleh apapun kecuali hanya rasa lapar dan haus. Agar puasa kita tidak menjadi seperti itu, kita harus berusaha semaksimal mungkin menghindari hal-hal buruk, baik berupa perbuatan maupun ucapan.

Baca Juga: Begini Tata Cara Sholat Lailatul Qadar

Di tengah pesatnya arus informasi seperti saat ini, tantangan yang dihadapi oleh umat Islam semakin kompleks. Jika tidak hati-hati, maka umat Islam akan mudah terjatuh ke dalam perbuatan tercela. Sebagai contoh, aktivitas di media sosial yang begitu bebas seringkali membuat kita sulit untuk mengontrol jari-jari kita, dan selanjutnya secara tidak sadar akan mengetik kata-kata yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Hal-hal seperti ini bisa membuat puasa jadi sia-sia.

Oleh karena itu, bulan Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk melatih diri agar lebih mampu untuk menahan hawa nafsu, sehingga kita akan mampu mencapai tujuan dari kewajiban puasa, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 183, yakni menjadi orang-orang yang bertakwa.***

Editor: Dewi Prima Mayasari

Sumber: islami.co


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah