Menanggapi hal tersebut, Edhy Prabowo merasa kaget dan kecolongan atas perbedaan antara draft yang dikeluarkan dengan peraturan menteri yang telah dikeluarkan.
“Oh iya, saya ada kecolongan ya?” ujar Edhy Prabowo. Selanjutnya, Effendi Gazali menghubungkan kecolongan tersebut dengan kekuatan Rp 10,8 Triliun setiap tahunnya, bahkan Effendi mengakui hal tersebut telah terjadi sejak zaman Bu Susi Pudjiastuti memimpin sebagai Menteri Perikanan dan Kelautan pada periode lalu.
Effendi menegaskan, draf yang telah dibuat untuk mengatur ekspor benih lobster dibuat untuk antisipasi agar tidak ada peluang korupsi. “Bahkan sudah diantisipasi betul, bahwa hampir tidak ada peluang untuk melakukan korupsi. Saya termasuk di dalam penasihat ahli (pembuatan draft tersebut),” pungkasnya.***