"[AKSI UDARA] Kita semua berduka karena Berani Jujur Hebat kini berubah menjadi #BeraniJujurPecat. Kami menolak pelemahan KPK, Demokrasi yang ditunggangi oligarki, dan saat ini Indonesia sedang tidak baik baik saja," tulis mereka dalam unggahannya.
"Sejak disahkannya UU OmnibusLaw Cipta Kerja, korporasi diberikan kemudahan, jaminan, perlindungan dan perlakuan istimewa dari pemerintah. #MosiTidakPercaya. Kini pelemahan KPK menjadi langkah awal untuk oligarki pestapora. Mari gaungkan perlawanan kita untuk merebut kembali keadilan dan kedaulatan rakyat."
"Pandemi tak kunjung usai, korban masyarakat dan nakes berjatuhan, pemerintah justru sibuk dgn OmbibusLaw. KPK dilemahkan, kritikus dibungkam, diserang scr digital. Indonesia tdk sedang baik baik."
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Asep Komaruddin mengatakan pesan di gedung KPK itu merupakan bentuk dukungan masyarakat terhadap 51 pegawai yang akan dipecat. Dia menilai pemecatan itu merupakan babak akhir dari pelemahan KPK di era Presiden Joko Widodo.
Asep menuturkan pelemahan itu dimulai dengan revisi UU KPK pada 2019. Selanjutnya, KPK kembali dilemahkan dengan penunjukkan Ketua KPK Firli Bahuri. Puncak pelemahan itu adalah penyingkiran 51 pegawai berintegritas melalui tes wawasan kebangsaan. Tes itu diduga diinisiasi oleh Firli.
Asep khawatir pelemahan KPK akan berakibat buruk pada kelestarian alam di Indonesia. Dia mengatakan KPK beberapa kali menangkap kepala daerah yang terjerat kasus suap pemberian izin lahan dan tambang. “Kerusakan lingkungan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari praktek korupsi,” kata dia.
Baca Juga: Saksikan Siaran Langsung EURO 2020 Prancis vs Swiss , Ini Jadwal Acara RCTI Hari Selasa 29 Juni 2021
Aksi tersebut kemudian ditanggapi oleh salah satu pegawa KPK yang tak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK), Tata Khoiriyah melalui akun Twitter pribadinya.
Tata mengaku merinding saat dikabari salah satu rekannya soal aksi yang sedang berlangsung di Gedung Merah Putih.