6 Makam Tokoh Ulama di Brebes yang Ramai Dikunjungi Peziarah

11 Januari 2023, 19:49 WIB
Maqom Syekh Junaedi Waliyulloh Desa Randusanga Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes /Portal Brebes/

PORTAL BREBES - Ziarah menjadi tradisi bagi umat muslim di tanah air. Selain mengunjungi makam para walisongo, wisata ziarah juga sering dilakukan dengan berkunjung ke makam tokoh agama.

Makam-makam tokoh agama ini tidak kalah ramai dikunjungi peziarah. Bahkan di bulan tertentu, jumlah peziarah yang datang bisa berkali lipat.

Di Brebes sendiri, ada sejumlah makam yang sering didatangi peziarah. Makam-makam ini tersebar di sejumlah tempat.

Baca Juga: Makam Wali, 6 Makam Wali yang Ada di Tegal Jawa Tengah!

  1. Makam Syekh Junaedi Al Baghadadi

Salah satu destinasi wisata religi yang dimiliki Kota Bawang atau Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, adalah Makam Syekh Junaedi Al-Baghdadi yang terletak di Desa Randusanga Wetan Kecamatan Brebes, yang juga terkenal dengan objek wisata Pantai Randusanga Indah dan kuliner lautnya.

Masyarakat setempat mempercayai bahwa tempat ini adalah makam tokoh penyebar agama islam di wilayah pesisir Brebes, namun ada juga yang meyakini hanya petilasannya saja. Makam yang dikeramatkan ini terletak di tengah-tengah areal tambak milik warga, untuk mengakses ke kompleks makam, peziarah harus melewati pematang tambak penduduk.

Ini menunjukkan bahwa proses syiar agama islam dari Arab ke Pulau Jawa banyak dimulai dari wilayah pesisir, termasuk di pesisir Laut Jawa ini.

Baca Juga: Begini Sejarah Singkat Makam Mbah Rubi Desa Klampok Wanasari Brebes yang Dulu Ditakuti Belanda

Sosok dari Baghdad, Saudi Arabia ini diperkirakan hidup pada masa Walisongo, dan tahun ini merupakan Haul-nya yang ke-275. 

Masyarakat dulunya mengetahui keberadaan makam saat mereka penasaran dengan burung-burung yang jatuh saat terbang di atas areal makam yang dulunya rawa-rawa. Setelah dilakukan pencarian penyebabnya, mereka mendapati gundukan tanah yang ternyata adalah sebuah makam, kemudian terus dirawat sampai sekarang.

  1. Makam Mbah Rubi

Mbah Rubi merupakan tergolong sebagai Jumlatul Aulia yang nama aslinya adalah Imron Nuridin Bin Sayyid Abdul Ghofar atau Pangeran Purbaya bin Sayyid Abdurrohman atau Sultan Mataram III bin Ki Ageng Pamanahan bin Ki Ageng Banis Lawean hingga seterusnya.

Makam Mbah Rubi yang juga di sebelah makam para mantan Bupati Brebes, termasuk makam Raden Antasingosari Panata Yudha II, makam Raden Arya Singasari Panata Yudha III terletak di RW 01 Desa Klampok Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.

Baca Juga: Sekilas Profil Syekh Ali Bin Ahmad Bin Abu Bakar Basalamah Jatibarang, Ulama Kharismatik Brebes Tahun 1948

Makam Mbah Rubi Klampok Brebes

Mbah Rubi merupakan keluarga dari bangsawan mataram yang benci terhadap kolonial Belanda.

Mbah Rubi lahir pada tahun 1848 yang mempunyai kesaktian dan karomah yang luar biasa. Sehingga dipercaya untuk menjaga Pendopo Kabupaten Brebes dengan satu pasukan yang gagah dalam menghalangi Belanda agar tidak masuk ke Pendopo.

Mbah Rubi juga dikenal sosok yang sangat ditakuti oleh Belanda dan disenangi oleh rakyatnya, termasuk masyarakat Kabupaten Brebes.

  1. Makam Pangeran Angkawijaya Losari

Pangeran Angkawijaya merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati. Jika dari arah timur jalan pantura, nanti lampu merah losari belok kanan. Makam Mbah Pangeran Angkawijaya selalu ramai dikunjungi peziarah dari Kota Brebes maupun luar Kota Brebes, seperti Tegal, Cerbon dan Indramayu. Biasanya para peziarah datang pada malam jum’at kliwon.

Makam Pangeran Angkawijaya Losari Brebes

Panembahan Losari, diyakini selain sebagai ahli agama, juga mempunyai keahlian lain di bidang seni. Konon motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing adalah hasil dari buah kreasinya. Hasil kreasi lainnya menciptakan Kereta Kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon.

Baca Juga: Cerita Singkat Makam Mbah Sokadana Songgom Kabupaten Brebes, Sebarkan Agama Islam Selama Ribuan Tahun

Selain itu dia diyakini juga merupkan pencipta Kesenian fenomenal asal Losari yakni Tari Topeng yang biasa dipentaskan oleh (Alm) Nyai Sawitri Maestro Tari Topeng Losari Cirebon.

Makam Pangeran Angkawijaya terletak di Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes.

  1. Makam Mbah Sokadana

Salah satu tempat bersejarah yang ada di Desa Songgom yang sering kali dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah yaitu makam Mbah Sokadana.

Area makam Mbah Sokadana terletak di Desa Songgom Lor Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes.

Makam Mbah Sokadana Songgom Brebes

Makam Mbah Sokadana ini merupakan salah satu makam yang bisa di katakan di keramatkan oleh warga sekitar khususnya Songgom.

Mbah Sokadana dikenal sosok orang yang disegani dan salah satu orang yang pertama kali babad alas Desa Songgom.

Baca Juga: Sekilas Panggung Ajaib, Peninggalan Kyai Badawi Ketanggungan Brebes

Mbah Sokadana memiliki nama asli yakni Syekh Ali Zaenudin berasal dari Timur Tengah dan masuk ke Indonesia bertujuan untuk menyebarkan agama Islam melalui berdagang.

  1. Makam Syekh Ali Bin Ahmad Basalamah  

Syeikh Ali bin Ahmad Basalamah yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal tepatnya di makam muslim sudut Desa Jatibarang Kidul, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes

Makam Syekh Ali Bin Ahmad Basalamah Jatibarang Brebes

Syekh Ali Bin Ahmad Bin Abu Bakar Basalamah Jatibarang, Ulama Kharismatik Brebes Tahun 1948

Syekh Ali Basalamah lahir pada hari Jum’at di kota Ketanggungan Timur Kabupaten Brebes tahun 1323 H atau 1905 M.

Syekh Ali berguru kepada seorang wali agung Assyekh Al Qutub Al – Kabir Al Arif billah Al Allamah Al Habib Ahmad Bin Abdillah Bin Tholib Al Athos Pekalongan disana Syekh Ali Basalamah sangat rajin dan semangat mencari ilmu.

KayaBaca Juga: Mengenang 100 Hari Wafatnya KH Rosyidi Malawi Jatibarang Brebes, Cerita Seklumit Sejarahnya

Ketika menuntut ilmu di Tarim Syekh Ali menimba ilmu dari beberapa ulama besar yang masyhur kewaliyannya diantaranya kepada seorang yang sangat alim yaitu Waliyullah Al Arif Billah Al Allamah Al Habib Abdullah Bin Umar Assyathiri, kepada Al Wali Al kabir Al Allamah Al Arif Billah Al Habib Alwi Bin Abdullah Bin Syihab dan ulama – ulma besar lain yang ada di Negara Tarim.

Beliau Syekh Ali adalah orang yang sangat cinta berda’wah agama dan memperluas ilmu, menunjukan manusia kepada masalah agama serta beribadah kepada Allah ta’ala. Dan sekarang da’wah beliau diteruskan oleh putera beliau Assyekh Muhammad Bin Ali Basalamah, sepeninggal Assyaikh Ali beliau meneruskan da’wah agama diantaranya pada acara pengajian rutin Ahad yang didalamnya membaca beberapa kitab seperti ilmu fiqih, tauhid, hadits dan lain – lain.

Kemudian pada pengajian rutin setiap kamis kliwon, setiap sabtu wage, rutin setiap rabu pahing dan rutin setiap senin pon yang jumlah pengunjungnya kurang lebih dihadiri oleh jama’ah dari 73 desa yang berasal dari kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang seperti kita saksikan bersama.

Syekh Ali wafat menjelang waktu maghrib tahun 1399 H. / 1979 M. Dan sebelum wafatnya beliau menjawab salam sebanyak tiga kali, dengan usia genap 80 tahun, demikianlah sekelumit dari sejarah kehidupan Syekh Ali Basalamah.

Sampai sekarang makam syekh Ali Bin Ahmad Basalamah banyak dikunjungi para ziarah dari berbagai daerah.

  1. Makam KH Abdul Wahab Sya'roni

Sekelumit sejarah keterkaitannya KH. Abdul Wahab Sya’roni dengan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Baca Juga: Sekilas Profil Abuya Syekh Soleh Basalamah, Pengasuh Ponpes Darussalam Jatibarang Brebes

Satu tahun sebelum NU Jatibarang Brebes secara resmi dibentuk yakni tahun 1932, di Jatibarang tepatnya Jatibarang Kidul telah dibuka sebuah madrasah rintisan yang bertempat di rumah tinggal KH. Abdur Rasul, keberadaan madrasah rintisan ini mendapat restu dari KH. Hasyim Asyari setelah sebelumnya KH. Abdul Wahab Sya’roni dan HR. Abdul Chalim Wongsodimedjo sowan ke Tebuireng Jombang.

Makam KH Abdul Wahab Sya'roni Jatibarang Brebes

Abdur Rasul dan HR. Abdul Chalim Wongsodimedjo mengambil inisiatif untuk sowan kembali kepada Rois Akbar Pengurus Besar (Ho of Bestuer) NU Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari. Maka berangkatlah kedua tokoh tersebut pergi ke Tebuireng dalam rangka sowan dan meminta barokah doa ke Hadrastusy Syaikh yang akhirnya memberikan restu, bahkan Hadratusy Syaikh akhirnya hadir di Jatibarang dalam rangka ikut meresmikan peletakkan batu pertama dimulainya pembangunan Madrasah tersebut.

Kira-kira antara tahun 1937-1934, dengan dukungan KH. Abdul Wahab Sya’roni beserta murid-muridnya dan kontribusi material dari KH. Abdur Rasul dan HR. Abdul Chalim Wongsodimedjo dan sumbangan dana swadaya dari masyarakat, selesailah pembangunan gedung madrasah yang akhirnya diberi nama dengan “As-Salafiyyah Asy-Syafiiyyah”. Sama persis seperti nama madrasah di Pesantren Tebuireng Jombang.

Keterkaitan KH. Abdul Wahab Sya’roni dengan tarekat Tijaniyah.

Ulama yang paling mula menganut tarekat Tijaniyah berdasarkan sejarah adalah KH. Anas bin Abdul Jamil (Buntet) yang memperoleh ijazah Tijaniyah dari Syaikh Alfahashim di Madinah dan juga memperolehnya dari Syaikh Ali Thoyyib, kemudian gurunya Syaikh Ali Thoyyib datang ke Indonesia dan menyebarkan tarekat Tijaniyah. Diantara ulama Indonesia yang memperoleh ijazah dari Syaikh Ali Thoyyib.

Demikianlah 6 makam tokoh ulama yang ramai dikunjungi peziarah.***

 

 

 

 

 

 

Editor: DR Yogatama

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler